NAMA :AHMAD FIRZA NASRULLAH
KELAS :E
NIM :23010111140236
RESUME
SEJARAH PETERNAKAN INDONESIA
Sejarah Peternakan Kerbau Indonesia
Ternak
kerbau sudah dipelihara petani Indonesia dari dahulu kala untuk berbagai
tujuan, terutama sebagai sumber tenaga untuk pengolahan tanah dan alat
transportasi. Ternak dipelihara dengan cara ekstensif dengan pemberian pakan
hijauan dari rumput dengan cara penggembalaan maupun dengan mencari rumput dan
memberikannya pada ternak.
Data
tahun 2001 menunjukkan bahwa populasi ternak sapi di Indonesia diperkirakan
berjumlah 10,5 juta, dimana jumlahnya tidak pernah meningkat sejak tahun 1985.
Sedangkan populasi ternak kerbau malahan menurun drastis dari 3,3 juta ekor
pada tahun 1985 dan menjadi hanya 2,4 juta ekor di tahun 2001. Pertumbuhan
ekonomi dan urbanisasi telah mendorong terjadinya perubahan pola konsumsi
masyarakat dimana konsumsi peternakan baik berupa daging, telor dan susu
meningkat dengan laju yang cukup tinggi, yakni di atas 5% per tahun untuk masa
20 tahun mendatang. Namun fakta menunjukkan bahwa kemampuan peternakan dalam
negeri belum bisa diandalkan untuk memenuhi permintaan konsumen dalam negeri.
Indonesia yang semula dikenal sebagai pengekspor daging pada era tahun 1970-an,
telah menjadi net impor pada tahun 1980-an.
Menurut
sejarah perkembangan domestikasi, ternak kerbau yang berkembang di seluruh
dunia berasal dari daerah sekitar India. Pada dasarnya ternak kerbau digunakan
sebagai ternak kerja, selanjutnya untuk penghasil daging dan juga penghasil
susu. Ternak kerbau diklasifikasi sebagai kerbau sungai dan kerbau Lumpur.
Perkembangan Kerbau Indonesia
Di
Indonesia lebih banyak terdapat kerbau Lumpur dan hanya sedikit terdapat kerbau
sungai di Sumatera Utara yaitu kerbau Murrah yang dipelihara oleh masyarakat
keturuan India dan digunakan sebagai penghasil susu. Populasi ternak kerbau di
dunia diperkirakan sebanyak 130−150 juta ekor, sekitar 95% berada di belahan
Asia selatan, khususnya di India, Pakistan, China bagian selatan dan Thailand
(SONI, 1986).
Populasi
ternak kerbau di Indonesia hanya sekitar 2% dari populasi dunia. Hanya sedikit
sekali kerbau lumpur yang dimanfaatkan air susunya, karena produksi susunya
sangat rendah yaitu hanya 1−1,5 l/hari, dibandingkan dengan tipe sungai yang
mampu menghasilkan susu sebanyak 6−7 l/hari. Namun demikian, di beberapa
daerah, susu kerbau lumpur telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pulau Penghasil Kerbau Di Indonesia
Di
Pulau Sumatera banyak ditemukan ternak kerbau mulai dari dataran rendah sampai
dengan dataran tinggi. Disamping itu ditemukan juga di daerah rawa, namun masih
termasuk dalam bangsa kerbau lumpur. Potensi pakan yang cukup banyak tersedia
menjadikan ternak kerbau sebagai komoditas unggulan di sebagian besar daerah di
Pulau Sumatera.
Usaha
ternak kerbau merupakan usaha peternakan rakyat yang dipelihara sebagai usaha
sampingan, menggunakan tenaga kerja keluarga dengan skala usaha yang kecil
karena kekurangan modal. Disamping itu sebagian peternaknya adalah penggaduh
dengan sistem bagi hasil dari anak yang lahir setiap tahunnya.
Cara Pemeliharaan Ternak Kerbau
Pemeliharaan
ternak umumnya bergantung pada ketersediaan rumput alam. Siang hari peternak
menggiring ternak ke tempat penggembalaan dan malam hari dibawa ke dekat
pemukiman dan biasanya tanpa kandang, ternak hanya diikat di belakang rumah
petani, dan belum biasa memberikan pakan tambahan.Selain produksi dagingnya,
kerbau juga sebagai penghasil susu yang diolah dan dijual petani dalam bentuk
dadih di Sumatera Barat serta gula puan, sagon puan dan minyak samin di
Sumatera Selatan.
Secara
umum produktivitas susu masih rendah yaitu sekitar 1−2 liter/ekor/hari.
Dibandingkan dengan ternak sapi, ternak kerbau agak kurang mendapat perhatian
dari berbagai kalangan. Konsekuensinya, produktivitas ternak relatif rendah,
bahkan populasi ternak kerbau di Sumatera hanya sedikit meningkat, walaupun
masih jauh lebih tinggi dari rataan nasional.